Relevansi dan Peran OMS di Indonesia
Pengantar:
Keruntuhan rezim Orde Baru pada 1998 dianggap sebagai titik awal kebangkitan masyarakat sipil di Indonesia. Reformasi membuka ruang lebar untuk partisipasi aktif individu warga dalam politik, dan keterlibatan kelompok dan institusi non-negara, termasuk media massa dan organisasi masyarakat sipil (OMS) untuk mendorong demokratisasi di berbagai lini.
Selang dua dekade, wajah demokrasi di Indonesia tampak suram. Secara bertahap demokrasi Indonesia terkikis, yang bisa ditelusuri sejak sepuluh tahun lalu. Berbagai indeks menangkap regresi demokrasi di Indonesia.Di tengah pelemahan demokrasi, peran OMS menjadi genting dan perlu untuk ditinjau ulang. Kehadiran, posisi dan kerja OMS tak bisa lepas dari dinamika politik, sosial dan ekonomi di dalam suatu negara. Selain pertarungan politik di ranah domestik, pandemi Covid-19 menambah tantangan dan hambatan bagi OMS untuk tetap bisa relevan dan selaras dengan kepentingan publik.
Untuk mengeksplorasi dan memahami peran dan aktivitas OMS di Indonesia, Yayasan Penabulu berinisiatif untuk menyelenggarakan FGD dengan tema “Relevansi dan Peran OMS di Indonesia”. Temuan-temuan kunci dalam diskusi diharapkan dapat menyuguhkan sebuah dokumentasi pengetahuan termutakhir terkait OMS di Indonesia, dan menjadi salah satu basis dalam penyusunan rekomendasi strategi dan kebijakan terkait keberlangsungan OMS di Indonesia.
Kegiatan ini akan diselenggarakan dalam bentuk Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dalam dua sesi terpisah dengan melibatkan satu moderator dan tujuh partisipan. Oleh karena itu, bagi organisasi yang ingin terlibat dalam proses FGD ini, diharapkan memilih satu sesi pada tiap tema.