Keberlanjutan LSM melalui Mobilisasi Sumber Daya Domestik

Indonesia menghadapi beberapa tantangan pembangunan, diantaranya adalah kualitas demokrasi yang cenderung menurun, upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pembangunan manusia termasuk upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta besarnya jumlah aspiring middle class1 yang tanpa kebijakan yang tepat akan membuat Indonesia masuk dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Adanya Pandemi Covid 19 semakin memperbesar tantangan yang sekaligus memperpanjang ketidakpastian. Peran aktif dan kontribusi para aktor pembangunan diperlukan dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. 

Kontribusi LSM sebagai sektor ketiga pembangunan untuk menghadapi tantangan tersebut sangat dibutuhkan. Sayangnya LSM telah memiliki tantangannya sendiri yang dihadapi sejak sebelum pandemi, yaitu kebebasan yang menyempit seiring dengan kualitas demokrasi dan akses terhadap sumber pendanaan yang kian terbatas. 

Tantangan pendanaan LSM mulai mengemuka saat Indonesia menjadi negara kelas menengah yang diharapkan mampu secara mandiri mendanai pembangunannya. Selain itu, penilaian lembaga donor terhadap situasi demokrasi di Indonesia yang dipandang sudah baik menjadikan LSM terutama yang bekerja di isu HAM dan demokrasi mengalami keterbatasan mendapatkan sumber pendanaan. Kajian yang dilakukan oleh INFID (2020) menunjukkan bahwa 72% LSM terdampak negatif dari aspek keuangan akibat adanya pandemi dan 23 % diantaranya berada dalam situasi kritis akibat ketergantungan pendanaan pada pihak eksternal. 

Ketergantungan LSM terhadap Lembaga donor belum dan atau tidak berhasil mengubah persepsi LSM sebagai aktor ketiga pembangunan. Persepsi sebagai kepanjangan tangan lembaga donor masih melekat di tubuh LSM. Model berjejaring LSM pun dalam beberapa tahun terakhir cenderung berbasis donor. Saat ini LSM hampir tidak memiliki agenda sosial bersama. Menghadapi situasi ini dibutuhkan suatu alternatif yang tepat agar LSM mampu secara mandiri dan bertahan dalam situasi apapun. 

Mobilisasi sumber daya domestik (MSDD) dipandang bisa menjadi salah satu alternatif bagi LSM untuk terus bekerja dan berkontribusi terhadap pembangunan. Namun melaksanakan MSDD bukanlah suatu hal yang mudah. Kapasitas internal LSM dan terciptanya lingkungan pendukung (enabling environment) sangat penting untuk melakukan MSDD.

Bagus Takwin menyampaikan hasil risetnya tentang mobilisasi sumber daya domestik dalam Lokakarya Mendorong Tersedianya Lingkungan Pendukung Sumber Daya Domestik bagi Non-Government Organization, yang dilaksanakan oleh CO-EVOLVE pada tanggal 16 Februari 2022. Disampaikan bahwa mobilisasi sumber daya domestik/lokal mencakup berbagai strategi, diantaranya: membangun skema peningkatan pendapatan hingga penggalangan dana berbasis lokal atau membangun konstituen dan sukarelawan, serta pendekatan yang mengintegrasikan konteks budaya, sosial dan ekonomi dengan lima jenis sumber daya (sumber daya moral, sumber daya kultural, sumber daya organisasi sosial, sumber daya manusia dan sumber daya material). Mobilisasi sumberdaya lokal dilakukan oleh LSM untuk mendukung keberlanjutan organisasi serta memastikan kelanjutan penyediaan layanan organisasi melalui peningkatan produk dan layanan yang saat ini disediakan organisasi. Organisasi dapat menghasilkan usaha baru, dengan tetap berada berperan dalam pergerakan sosial yang menjadi misinya. 

Karakteristik organisasi yang siap melakukan mobilisasi sumber daya domestik atau lokal adalah yang memiliki kesiapan untuk menghadapi dinamika perubahan yang begitu cepat, fokus pada pengelolaan sumber daya yang dimiliki, memiliki individu-individu yang mempunyai kesamaan visi, kesamaan permasalahan yang dihadapi atau permasalahan lain yang dihadapi masyarakat, menerapkan transparansi dan akuntabilitas kepada publik atas segala dukungan yang didapatkan oleh organisasi dari publik. 

Strategi yang dapat dilakukan LSM dalam melakukan MSDD, yaitu dengan memanfaatkan keahlian yang dimiliki para pengurus dan associate LSM, memadukan pencapaian tujuan LSM dengan kegiatan pelayanan kepada berbagai pihak, dan melakukan usaha dengan layanan pengabdian masyarakat dan komersil. Hal-hal yang perlu dipenuhi untuk kebutuhan MSDD, meliputi: kemampuan manejerial, pengelolaan keuangan, kemampuan bisnis, pembinaan jejaring, lingkungan yang mendukung dan keterlibatan pemerintah dalam memfasilitasi LSM.(DA)

1  yaitu mereka yang pengeluarannya per kapita per harinya 3,3-7,5 dollar AS. Lalu kelompok vulnerable yang pengeluarannya antara 2,2-3,3 dollar AS dan kelompok miskin (di bawah 2,2 dollar AS ) per hari.Lihat https://www.ui.ac.id/kerentanan-kelas-ekonomi-menengah-indonesia/