merespon situasi pandemi

Semiloka #3 Respon OMS terhadap situasi Pandemi COVID-19 di Indonesia

Yayasan Penabulu dan Yayasan SKALA Indonesia menutup bulan Agustus dengan seri terakhir diskusi Semiloka dengan langkah OMS untuk Merespon Situasi Pandemi COVID-19. Pada pertemuan pertama, seluruh peserta diskusi diberikan pemaparan mengenai gambaran situasi pandemi di Indonesia berdasarkan lensa 3 organisasi yang berbeda-beda. Setelah melewati sesi diskusi yang pertama, kegiatan Semiloka dilanjutkan dengan pemaparan rumusan masalah berdasarkan pengamatan organisasi masyarakat sipil yang tergabung pada jaringan Lokadaya Nasional. Seusai membahas persoalan pandemi, diskusi Semiloka dipungkasi dengan pembahasan dengan rencana kerja yang mungkin untuk dilakukan oleh OMS lokal.

Diskusi dibuka dengan pemaparan materi oleh Wina Khairina yang mewakili Asosiasi Antropolog Indonesia (AAI) dan Kelompok 1. Kelompok 1 menitikberatkan bahwa kekacauan yang terjadi pada masa pandemi berawal dari kegagapan pemerintah Indonesia dalam menentukan skala prioritas dan strategi yang tepat untuk diterapkan. Dalam logika Kelompok 1, hubungan antara pemerintah dengan masyarakat bersifat hierarkis. Pemerintah merupakan pemangku kebijakan yang–seharusnya–memiliki posisi absolut untuk dapat membentuk sikap masyarakat selama masa pandemi. Alasannya cukup jernih, pemerintah memiliki sumber daya yang–nyaris–tidak terbatas untuk dapat berkuasa. Aparat dan aparatus merupakan dua aspek yang seharusnya dapat dikondisikan oleh pemerintah untuk dapat berjalan secara selaras berdasarkan kebutuhan untuk mencapai suatu kemaslahatan bersama. Bagi Kelompok 1, fenomena pembangkangan yang masyarakat terhadap protokol kesehatan (dan rangkaian pranata lainnya) merupakan konsekuensi dari kegagalan pemerintah merespon situasi pandemi COVID-19.

semiloka #3

Foto bersama di akhir sesi (Foto : Dok. CO-EVOLVE)

Setelah menjabarkan rumusan masalah, Kelompok 1 memberikan rekomendasi tindakan yang dapat dilakukan oleh OMS untuk merespon situasi pandemi. Rekomendasi tersebut adalah peran sebagai salah satu penyedia informasi yang benar mengenai pandemi terhadap masyarakat, bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan pada level akar rumput, membentuk konselor yang berperan sebagai pemberi layanan konseling terhadap masyarakat, menyusun policy brief yang menjadi rekomendasi untuk pihak pemerintah, dan terakhir adalah penguatan peer group yang berorientasi pada upaya pertolongan sesama kelompok masyarakat sipil.

Pemaparan berikutnya mengenai program vaksinasi disampaikan oleh Nur Jannah yang mewakili organisasi InSPIRASI NTB dan Kelompok 2. Terdapat 3 pokok persoalan terkait vaksinasi: pertama, ketersediaan vaksin yang tidak merata di setiap pulau; kesenjangan teknologi; dan manajemen informasi yang buruk dari pemerintah. Selain itu, Kelompok 2 juga menilai jika strategi yang digunakan pemerintah dalam program vaksinasi bermasalah, sebabnya aktivitas vaksin yang terpusat pada tempat-tempat pusat layanan kesehatan. Dampaknya, terdapat kerumunan yang timbul dari antrian masyarakat yang hendak mendapatkan jatah vaksin. Salah satu aspek menarik yang disampaikan oleh Kelompok 2 adalah dampak sosial yang timbul dari pandemi. Di antaranya adalah meningkatnya angka pengangguran sebagai dampak dari kelompok TKI yang kembali ke desanya masing-masing. Selain itu, tingkat kepercayaan sesama masyarakat juga bisa terancam karena buruknya strategi komunikasi pemerintah mengakibatkan banyaknya disinformasi yang beredar di tengah masyarakat.

 

Semiloka #3

Foto bersama di akhir sesi (Foto : Dok. CO-EVOLVE)

Usulan yang diberikan Kelompok 2 berfokus pada aspek advokasi OMS terhadap program-program yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Kelompok 2 melihat jika upaya advokasi perlu dilakukan secara berimbang dan konsisten dari level nasional sampai komunitas. Selain itu, penting juga untuk menyusun rumusan yang berlandaskan aspek kelokalan dari setiap masyarakat. Tujuannya adalah membangun kesadaran dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk bersifat proaktif dalam merespon pandemi.

Setelah Nur Jannah memungkasi pemaparan kelompoknya, sesi diskusi dengan peserta lain pun dimulai. Selama 2 jam seluruh peserta saling berbagi cerita mengenai kondisi yang terjadi di daerahnya masing-masing dan saling memberikan usulan mengenai peranan OMS dalam membantu meningkatkan resiliensi masyarakat sipil. (Gabriel)
Material presentasi narasumber bisa diunduh di sini