Webinar Transformasi Digital: Sebuah Cara

Webinar Transformasi Digital

Sesi pemaparan dari narasumber (FOTO: Dok. CO-EVOLVE)

Jakarta – Dalam rangka mendukung ketahanan organisasi mitra Lokadaya, CO-EVOLVE berinisiatif untuk menghelat kegiatan seminar virtual (webinar) bertemakan ‘Transformasi Digital’. Situasi pandemi yang sudah berlangsung ±1,5 tahun, menjadikan wacana transformasi digital, atau bisa juga disebut dengan proses digitalisasi pada kalangan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) semakin terasa mendesak. Sebab, melalui digitalisasi, kelompok OMS akan memiliki modal lebih untuk bisa beradaptasi dengan ekosistem dan masyarakat yang senantiasa berubah.

Webinar kali ini dipandu oleh koordinator Jaringan Nasional Lokadaya, Tino Yosepyn. Acara dimulai pada pukul 13.30 waktu Indonesia bagian barat. Terdapat 87 orang peserta kegiatan yang hadir mengikuti kegiatan seminar. Webinar dimulai secara tepat waktu dengan pemutaran video berdurasi 1 menit tentang cakupan pembahasan yang akan diangkat pada kegiatan webinar. Usai penayangan video pembuka, Tino mulai menyapa seluruh peserta dan dilanjut dengan mengenalkan secara ringkas pembicara yang pertama, yakni Sugeng Wibowo.

Sugeng merupakan seorang ahli pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang juga berperan sebagai staf ahli pada bidang pengelolaan informasi dan pengetahuan di Yayasan Penabulu sejak tahun 2005. Sugeng membuka 20 menit-nya dengan menampilkan slide presentasi berjudul ‘Maksimalisasi Penggunaan TIK bagi Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Indonesia’. Sugeng menyampaikan materinya berdasarkan pengalamannya selama di Yayasan Penabulu. Menurut Sugeng, inisiatif untuk bertransformasi ke arah digital yang dilakukan oleh Yayasan Penabulu, sangat membantu proses adaptasi organisasi pada masa pandemi. Tidak hanya itu, penggunaan TIK juga dapat berdampak pada redefinisi peran OMS itu sendiri, dan dengan begitu, dapat mengubah haluan dari seluruh ekosistem dari organisasi tersebut.

Setelah melewati 20 menit, pemaparan materi berikutnya disampaikan oleh Marsudi Wijaya, atau yang selama kegiatan webinar kerap dipanggil ‘Didi’. Didi hadir pada kegiatan webinar dengan mewakili 2 entitas dan 2 peran yang berbeda: pertama, sebagai seorang digital marketer dari platform galang dana bernama kitabisa.com; dan, sebagai representasi dari TechSoup Indonesia. Didi mengawali 20 menit-nya dengan melemparkan survey sederhana ke seluruh peserta dengan menggunakan sebuah website bernama ‘menti.com’. Survey tersebut, selain untuk mengenalkan dirinya, juga digunakan oleh Didi untuk memancing para peserta dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan pengalaman para peserta dalam memaksimalkan model-model pemasaran brand secara digital. Secara umum, penjelasan Didi dapat disimpulkan sebagai suatu proses untuk mengenalkan TechSoup ke kalangan mitra-mitra Lokadaya. Tentunya, proses mengenalkan tersebut bukan terjadi dalam motif bisnis selayaknya penjual dan pembeli, tetapi sebagai suatu proses untuk merawat komitmen dan menggalang daya lintas OMS di Indonesia.

Transformasi Digital

Sesi tanya jawab oleh para peserta kepada narasumber (Foto: Doc. CO-EVOLVE)

Pada awalnya, kegiatan berlangsung sesuai rencana. Pembukaan, penyampaian materi oleh Sugeng, kemudian dilanjut Didi, dan kemudian dipungkasi oleh Dr. Ir. Ismail, M.T yang mewakili pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika. Namun, karena alasan tertentu, DR. Ismail tidak dapat menghadiri acara secara tepat waktu. Kegiatan sedikit digeser. Usai melewati sesi penjelasan yang dilakukan Didi, Tino membuka kesempatan bagi para peserta untuk mengajukan pertanyaan terlebih dahulu ke Sugeng dan Didi. Terdapat 6 pertanyaan yang bercorak teknis, seperti, misalnya, tips dan trik untuk melakukan adaptasi digital, atau cara mendaftarkan organisasi ke Google for Non-Profit.

Usai melangsungkan sesi tanya jawab yang pertama, DR. Ismail datang dan webinar pun kembali dilanjutkan ke sesi pemaparan materi. DR. Ismail menyampaikan posisi pemerintah dalam riuh obrolan mengenai transformasi dan adaptasi digital di tengah masyarakat. Ia mencoba membeberkan statistik tentang jumlah daerah di Indonesia yang belum terjangkau oleh jaringan telekomunikasi dan juga alasan yang menjelaskan sebab dari kondisi yang dialami daerah–daerah tersebut. Konten DR. Ismail sedikit berbeda dari yang disampaikan 2 pendahulunya, amat terasa nuansa propaganda pemerintah yang kerap mendorong berbagai elemen masyarakat untuk ikut bergerak dan mendukung kerja-kerja pemerintah–yang ditengarai berlandaskan pada kesejahteraan masyarakat.

Tak lama waktu yang dimiliki oleh DR. Ismail. Setelah merampungkan penjelasannya, ia hanya membuka 1 kesempatan untuk audiens bertanya. Sebabnya, DR. Ismail bertanggungjawab untuk kembali mengikuti kegiatan pertemuan dengan pihak lainnya. Beruntungnya bagi peserta, DR. Ismail membuka kesempatan bagi para peserta webinar untuk menyampaikan pertanyaan melalui alamat e-mail yang dapat diakses setelah kegiatan webinar.

Tepat pada pukul 16.30, Tino Yosepyn mengajak seluruh peserta untuk membuka kamera dan menarik garis bibirnya masing-masing. Operator acara memberikan aba-aba. Momen diabadikan. Semua pihak berpamitan dan acara selesai. (Gabriel)

Material presntasi narasumber dapat diunduh di sini