Strategi dalam Kampanye Perubahan
Kampanye merupakan aktivitas yang penting dilakukan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk mengamplifikasi isu di masyarakat. Semakin meningkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan suatu isu, maka semakin besar kemungkinan terjadinya harapan yang diinginkan OMS dari suatu kampanye. Namun, untuk menciptakan kampanye yang kuat dan berdampak, tentu membutuhkan strategi.
Dalam rangka merespon kebutuhan OMS tersebut, Yayasan Penabulu melalui program Co-Evolve mengadakan pelatihan “Strategi dan Taktik Influencing dalam Kampanye Perubahan” yang menghadirkan Engagement Lead Campaign.com, Ahmad Fathul Aziz, sebagai fasilitator. Pelatihan ini dilaksanakan pada Kamis, 28 Oktober 2021 hingga Jumat, 29 Oktober 2021 melalui platform Zoom.
Aziz mengatakan bahwa poin penting sebuah kampanye adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi. Kampanye dibuat secara terorganisir, terencana, dan memiliki tujuan. Karenanya kampanye menjadi sebagai salah satu strategi untuk memperjuangkan solusi dari masalah-masalah di dunia yang mana membutuhkan aksi kolektif. Dengan kampanye, aksi individu berubah menjadi aksi bersama.
Pandemi ini, pembicaraan kampanye online menjadi relevan karena timbulnya dampak keterbatasan mobilitas. Ditambah lagi, angka penetrasi media sosial di Indonesia hari ini menyentuh 61,8 persen. OMS yang hendak melakukan kampanye secara online bisa memanfaatkan lima platform terpopuler di kalangan masyarakat Indonesia, yakni WhatsApp, Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter.
Pengetahuan tentang platform populer ini penting bagi organisasi karena banyaknya jumlah pengguna bisa menentukan jangkauan kampanye. Organisasi juga perlu untuk mengetahui rentang usia pengguna masing-masing platform dan prime time yang tepat untuk organisasi mengunggah konten. Kedua hal ini penting diidentifikasi agar kampanye online berhasil. Organisasi juga bisa menemukan kedua informasi melalui riset sederhana di internet.
Ada sejumlah tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah kampanye. Pertama, organisasi harus melakukan riset. Tahap pertama ini penting karena untuk mengetahui apakah ada kampanye serupa yang pernah dibuat sebelumnya sebagai bahan pembelajaran. Kedua adalah menentukan tujuan kampanye. Di tahap ini, organisasi bisa menggunakan strategi SMART Goals untuk menentukan tujuan yang Spesific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Timely (menentukan berapa lama kampanye akan dikerjakan).
Tahap ketiga adalah memahami dan menentukan target audiens yang bisa dilakukan dengan membuat persona audiens untuk disesuaikan dengan tujuan, key message, dan platform kampanye. Kelima adalah menentukan platform untuk eksekusi kampanye, disusul dengan menentukan pesan utama, dan terakhir adalah menulis ajakan yang engaging dan call to action.
Aziz juga mengingatkan bahwa kampanye perlu memiliki komponen Awaken atau mampu memperkenalkan kampanye baru; Activate atau mampu mengajak audiens mengambil aksi; dan Amplify atau mampu menyebarkan dampak. Organisasi juga disarankan untuk membuat Editorial Plan agar membantu dalam perencanaan konten dan menerapkan strategi pemasaran konten secara efisien.
Dalam pengerjaan kampanye, salah satu bagian dari siklus proyek yang tak boleh luput dilakukan adalah monitoring dan evaluasi. Aziz mengatakan bahwa monitoring dan evaluasi adalah aspek yang perlu dipikirkan di awal perencanaan untuk menentukan apakah kampanye sukses atau tidak. Namun, sudahkah mengetahui perbedaan kedua aktivitas tersebut?
Monitoring dilaksanakan secara terus menerus selama proyek berlangsung. Perubahan yang dilakukan dari monitoring juga berupa koreksi minor dan berfungsi sebagai indikator awal dalam kemajuan proyek. Apa yang diukur dalam monitoring bersifat kualitatif, seperti input, output dan proses, dan kondisi atau asumsi. Secara keseluruhan, monitoring penting dilakukan supaya bisa diketahui apakah pelaksanaan proyek sesuai atau tidak dengan rencana. Jika tidak, maka dapat dilakukan tindakan perbaikan atau preventif jika diperlukan.
Sementara evaluasi dilaksanakan sesekali pada periode tertentu, misalnya pada pertengahan dan akhir proyek. Hasil dari evaluasi adalah sebagai referensi proyek selanjutnya. Dengan evaluasi, perubahan yang dilaksanakan biasanya berupa koreksi mayor dan berfokus pada perbaikan di masa mendatang. Secara keseluruhan, evaluasi penting dilakukan supaya tim mengetahui taraf pencapaian tujuan dari proyek. Dengan demikian, tim dapat mengambil keputusan atau kebijakan lebih lanjut mengenai proyek yang dikerjakan.