Webinar Organisasi Adaptif

Webinar Organisasi Adaptif

Peserta webinar dalam sesi foto bersama diakhir kegiatan (Foto : Dok. CO-EVOLVE)

“Donor berkurang saat pandemi Covid-19..”
“Kerja – kerja organisasi terhambat saat pandemi Covid-19 karena pembatasan skala besar..”
“Tuntutan penggunaan teknologi..”

Organisasi Masyarakat Sipil perlu terus – menerus beradaptasi untuk mendapatkan relevansi keberadaan di masyarakat dan dalam level tertentu mengubah strategi namun tetap setia pada visi dan misi yang diemban oleh organisasi.
Lantas, apa saja strateginya dan bagaimana menjawab tantangan baik di Lokal, Nasional dan Internasional?

Bersama Febrilia Ekawati, Direktur Yayasan Konservasi Way Seputih Lampung selaku moderator pada Webinar Adaptive Organisasi yang bertajuk “Kupas Tuntas Cara Beradaptasi Bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) Dalam Menghadapi Tantangan Global dan Nasional”. Webinar ini dilakukan secara daring pada tanggal 31 Juli 2021 dan dihadiri oleh 99 peserta (44 Perempuan dan 52 Laki-laki).

CO-EVOLVE turut mengundang 3 orang narasumber sebagai pemantik diskusi diantaranya: Hamong Santono – Pengamat Gerakan Sosial Indonesia, Siti Khadijah – Himpunan Serikat Perempuan Indonesia/HAPSARI, dan Irma Sitompul – Co-founder For Good.

Diskusi dimulai dengan pembahasan Hamong Santono mengenai kondisi OMS pada masa kini yang sangat bergantung pada pendanaan dari donor dan ruang gerak yang terbatas yang diakibatkan oleh pandemi. Oleh sebab itu, masih menurut Hamong, terdapat 3 tesis yang diyakini dapat mendorong OMS ke dalam situasi yang lebih baik, yakni: pertama, membangun ekosistem baru; kedua, membangun ekonomi solidaritas antar OMS (konsolidasi, strategi, dan mobilisasi sumber daya); ketiga, mengembangkan model-model pendanaan baru.

Setelah Hamong merampungkan penjelasannya, Siti Khadijah menjelaskan kiat agar OMS dapat beradaptasi seiring dengan berjalan zaman. Penjelasan Siti Khadijah bercorak empiris, didasari oleh pengalamannya bersama teman-teman organisasinya mengorkestrasi HAPSARI. Sepanjang perjalanannya, HAPSARI dihadapkan oleh kesulitan, seperti, sumber daya anggaran yang terbatas dan pandemi COVID-19. HAPSARI menyiasati tantangan-tantangan tersebut dengan cara memperkuat pengaruh pada level akar rumput, yang secara otomatis memperkuat dukungan dari masyarakat, dan membentuk kolaborasi dengan pemerintah daerah. Pada level individual, Siti Khadijah menceritakan kisah Leily (Ketua Dewan HAPSARI) yang berinisiatif untuk menjadi relawan Satgas COVID.

Kemudian, Irma Sitompul melanjutkan sesi webinar dengan penjelasan mengenai suatu kerangka metodologis bernama ‘Human-Centered Design Thinking‘. Metode tersebut, dipadukan dengan pengalaman Irma mendampingi beragam jenis organisasi masyarakat sipil, membentuk suatu kesimpulan berupa tips bagi OMS untuk mempertahankan relevansinya di masa kini, yaitu kemampuan untuk: mengidentifikasi alasan bagi OMS tersebut untuk tetap bertahan di tengah masyarakat; mengidentifikasi potensi dan kekuatan organisasi; membedah kebutuhan dari target yang hendak dicapai oleh organisasi; merancang eksperimen kecil; memetakan potensi kolaborasi; dan, merancang strategi pendanaan yang kreatif.

Atensi peserta sangat besar, sayangnya keterbatasan waktu penyelenggaraan membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan dari peserta webinar harus dikurasi oleh Febrilia. Untungnya, penyelenggara webinar dapat mengantisipasi berlimpahnya tanggapan dari peserta dengan cara menyediakan alamat daring yang dapat dituju oleh peserta webinar untuk mengajukan pertanyaan terkait kegiatan webinar kali ini.

Setelah–kurang lebih–120 menit, Febrilia memberikan aba-aba ke pihak penyelenggara kegiatan webinar untuk mengabadikan momen kebersamaan bersama seluruh peserta webinar.

Material presentasi dapet diunduh di sini