Kabar dari Kawan Lokadaya Kalandara,”Berjuang dan Bertahan bagi Mereka yang Terpinggirkan”
Pandemi COVID-19 membuat banyak sektor kerja di Indonesia, bahkan dunia terdampak. Salah satu sektor kerja yang terdampak cukup besar adalah Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), khususnya OMS yang bekerja pada isu kesehatan dan sosial. Pandemi membuat kerja pendampingan di lapangan menjadi lebih sulit, pertemuan-pertemuan langsung tatap muka yang seringkali dibutuhkan untuk membangun kesadaran komunitas tidak lagi mudah. Interaksi yang intensif secara langsung membuat masing-masing pihak tidak lebih mudah membaca secara jelas, tidak hanya kata tapi juga laku, tindak, dan teladan. Atas situasi ini, maka diperlukan perubahan cara kerja dan pendekatan bagi OMS agar tetap relevan dan berdampak. Salah satu OMS yang berupaya melakukan adaptasi situasi pandemi adalah LSM Kalandara.
Selasa, 19 Oktober 2021 CO-EVOLVE sampai di kantor Kalandara. Kalandara adalah organisasi yang secara konsisten bekerja untuk isu Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan saat ini juga sedang melaksanakan program peningkatan perekonomian bagi komunitas kelompok rentan LSL dan Pengguna Napza Suntik (Penasun) di wilayah Semarang dan Banyumas. Kegiatan pendampingan ekonomi yang dilakukan adalah untuk menambah pendapatan dan penciptaan lapangan kerja bagi kelompok tersebut, khususnya menghadapi Pandemi COVID-19. Program jangka pendek ini dilakukan bersama International Labor Organization (ILO).
Pagi itu, kami disambut oleh penjaga kantor dan tak lama hadir Mbak Diana, sapaan akrab Dianawati (staff admin dan asisten program). Mbak Diana menyampaikan kesan-kesannya tentang CO-EVOLVE. Menurutnya program pelatihan CO-EVOLVE bermanfaat memberi pengetahuan terkait penggunaan teknologi seperti membuat video, website dan penggunaan media komunikasi digital sangat membantu, namun memang dibutuhkan orang khusus untuk menekuninya, di mana saat ini Kalandara belum memiliki sumber daya manusia untuk mengerjakannya. Tak lama Mbak Catharina Rina atau Rina, Manajer Program Kalandara yang menyusul bergabung dalam percakapan pagi itu menyampaikan bahwa selain CO-EVOLVE, Kalandara juga sedang terlibat dalam program Impact Plus yang memberi pengetahuan tentang pentingnya manajemen keuangan lembaga. Kalandara memiliki perhatian untuk dapat memperoleh pendampingan intensif dalam menyusun audit organisasi. Mengingat di masa pandemi banyak peluang baru melalui dunia digital yang dapat membantu kelangsungan organisasi seperti cara-cara penggalangan dana dsb. Namun keprihatinan Kalandara adalah audit organisasi membutuhkan biaya yang besar sekitar 30-50 juta per tahun sesuai jumlah uang yang dikelola organisasi. Sementara dana internal tidak mencukupi, terlebih donor semakin ketat dalam mengatur kebijakan biaya operasional, biaya manajemen (management fee). Keraguan lain yang diungkapkan Pak Yakobus (Ketua Yayasan Kalandara) adalah walaupun mereka memiliki banyak teman berprofesi sebagai auditor yang mungkin dapat membantu, tapi apakah donor dapat menerima hasil audit dari auditor manapun?
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga memberi pengaruh yang berbeda bagi situasi kerja pendampingan Kalandara yang hadir di 2 kabupaten. Pada situasi tersebut, tidak hanya harus sensitif dan inovatif untuk menjangkau komunitas, tapi Kalandara juga harus memberi kebijakan yang berbeda pada cara kerja petugas lapangan dan penyuluh sebaya yang dipengaruhi status PPKM wilayah mereka. Tidak berhenti sebagai bagian dari organisasi, staff Kalandara juga terlibat aktif mendorong upaya vaksinasi bagi konstituen dan masyarakat lingkungan sekitar mereka.
Dalam kunjungan ini, CO-EVOLVE melihat kondisi nyata bagaimana pandemi mempengaruhi organisasi mulai dari kebijakan sumber daya manusia, bertambahnya biaya operasional karena kebijakan protokol kesehatan, terhambatnya layanan rutin dari pemerintah bagi pasien AIDS, cara kerja organisasi, pendekatan kepada komunitas dsb. Saat kami berkunjung, status kota Semarang dinyatakan berada pada level 1 (PPKM), perkembangan baik ini menyebabkan beberapa kegiatan pelatihan daring memiliki risiko bertabrakan dengan kegiatan lapangan yang menyebabkan absennya kehadiran anggota Lokadaya dalam acara-acara pelatihan CO-EVOLVE. Untuk itu maka dokumentasi kegiatan pelatihan dan webinar CO-EVOLVE harus dapat dikemas agar mudah diakses dan menarik untuk dipelajari kapanpun sehingga dapat mencapai sebuah upaya bersama untuk membangun resiliensi LSM.
Kami menutup kunjungan siang itu seiring dengan sengatan matahari yang semakin menghangat di Semarang. Semoga Kalandara dapat terus bertahan, bertransformasi dan menjadi penjaga kemanusiaan bagi mereka yang terpinggirkan.(DP)