Merawat Bumi, Mengembangkan Sumber Daya Lokal sebagai Upaya Membangun Ekonomi Solidaritas

eco-enzyme

“Sampah sering dianggap negatif, kotor, bau dan mendatangkan penyakit, serta meningkatkan resiko terjadinya ledakan. 60% sampah yang terbuang adalah sampah organik yang pada saat proses pembusukan juga menghasilkan gas metana yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.

Eco Enzyme merupakan sebuah larutan hasil fermentasi dari gula, sisa sayuran/buah segar dan air yang memiliki banyak kegunaan untuk kehidupan sehari – hari, kesehatan, udara, air dan lahan pertanian. Penggunaan Eco Enzyme, akan meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi kesehatan. Eco Enzyme ditemukan oleh seorang pendiri asosiasi pertanian organik Thailand sejak tahun 1980, Dr. Rosukon Poompanvong dan diperkenalkan secara luas oleh seorang peneliti naturopathy dari Penang, Malaysia. Dr. Joean Oon”.

Demikian paparan awal Theresia Eko Setyowati, inisiator Komunitas Ibu Jamu di Sragen ketika berbagi ilmu pengetahuan dalam kegiatan yang dihelat oleh Lokadaya bersama program CO-EVOLVE pada tanggal 6 dan 19 Oktober 2021. Kegiatan ini difasilitasi oleh sekretariat Lokadaya melalui zoom meeting sebagai sarana bagi anggota Lokadaya untuk dapat membangun resiliensi dirinya melalui sharing pengetahuan dan memperluas jaringan sosial mereka, terutama juga untuk dapat mengatasi situasi krisis saat ini.

Theresia Eko Setyowati atau biasa di panggil Mbak Eko adalah seorang pegiat pertanian organik. Berangkat dari keprihatinan di masa pandemi, dimana Mbak Eko menemukan bahwa ternyata seorang penjual jamu gendong menjadi penyangga ekonomi beberapa keluarga. Seorang penjual jamu gendong, biasanya tidak hanya menjual jamu tapi mereka juga membawa makanan kecil yang dititipkan oleh tetangganya. Keprihatinan itu berkembang menjadi aksi bersama Mbak Eko dan Ibu-Ibu Jamu Gendong untuk berkumpul meningkatkan kemampuan usaha dan sumber daya Ibu Jamu sebagai salah satu upaya mereka merespon krisis akibat Pandemi.

Komunitas yang dibentuk bertujuan agar mereka tetap berdaya dan memiliki usaha yang berkelanjutan melalui peningkatan kualitas produk jamu, inovasi produk, pemanfaatan lahan pekarangan, pengenalan sumber pangan lokal dan sandang berkelanjutan dan upaya lainnya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dengan meningkatkan sumber daya Ibu Jamu, diharapkan terjadi pengakuan terhadap kepemimpinan perempuan dan kontribusi mereka terhadap kemajuan hidup bermasyarakat dan berbangsa.

Komunitas Ibu Jamu ini kemudian dikenal sebagai Komunitas Ibu Jamu Empu Sragen yang saat ini mengelola Kebun Sedyo Mulyo Organik (SemuO) yang terletak di Kampung LedokSari, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kab. Sragen. Lahan ini adalah kontribusi dari pihak ketiga yang bersimpati dengan Komunitas Empu Sragen. Salah satu upaya memanfaatkan sumber daya lokal, adalah pengembangan lahan yang ternyata membutuhkan keterampilan untuk menjadikan tanah menghasilkan panenan yang baik. Mbak Eko kemudian menemukan jaringan Eco Enzym Nusantara, sebuah jaringan yang bersifat terbuka terhadap siapapun, bekerja atas dasar prinsip kerelawanan dan karenanya semua pihak tidak boleh memperjualbelikan Eco Enzyme kecuali produk turunannya.

Metode pembuatan Eco Enzyme digunakan karena mendukung sarana produksi untuk pertanian organik di Kebun SeMuO yang ramah lingkungan, cocok untuk gaya hidup sehat dan dapat diterapkan dengan mudah. Melalui Eco Enzyme kesehatan alam dan kelestarian lahan pertanian menjadi terjaga.

Terakhir, Mbak Eko mengajak untuk mulai membuat Eco Enzyme dirumah agar berkontribusi merawat bumi. Mbak Eko dengan senang hati akan menemani teman- teman lewat WAG untuk mengetahui perkembangan proses pembuatan Eco Enzyme. Sebagai penutup, Sekretariat Lokadaya memutarkan video proses pembuatan Eco Enzyme yang dilakukan oleh Komunitas Ibu Jamu Empu Sragen.(MAT/KSF)