Pandemi Covid-19; Pengubah Permainan?

Satu setengah tahun lebih pandemi Covid-19 terjadi. Banyak kisah pilu dirasakan warga. Jutaan warga terpapar. Kehilangan anggota keluarga, teman dan sahabat tanpa dapat menemani saat dirawat hingga mengantarnya ke lokasi pemakaman menjadi seklumit kisah tersebut. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan juga dirasakan banyak warga makin menambah kepiluan yang dirasa.

Pada skala yang lebih luas pandemi telah meningkatkan jumlah warga miskin, memperlebar ketimpangan pendapatan, menjadikan layanan kesehatan esensial terabaikan, meningkatkan angka pernikahan anak dan beragam permasalahan sosial lainnya. Lantas apa yang di dapat dari pandemi selain kisah dan permasalahan di atas? Apakah virus Covid-19 menjadi perubah permainan?

Respon Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Saat virus muncul dan mulai menyebar ke berbagai belahan dunia, pemerintah begitu yakin virus Covid-19 tidak ada di Indonesia meski banyak ahli kesehatan mengingatkan. Bukannya bersiap, pemerintah lebih sibuk untuk menyampaikan keyakinannya kepada publik. Keruwetan meluas setelah dua orang warga dinyatakan positif terpapar. Kebijakan penanganan setengah hati muncul akibat benturan kepentingan politik ekonomi dan kesehatan publik ditambah dengan data yang tidak memadai. Keruwetan belum kunjung reda ketika gelombang kedua pandemi muncul meski program vaksinasi telah berjalan.

Ekonom asal University College London, Mariana Mazzucato secara cermat mengulas kapasitas sektor publik dalam menghadapi pandemi. Ia menyatakan dalam menangani pandemi pemerintah harus memiliki kapasitas dan kapabilitas yang dinamis-yang sayangnya sering hilang dan atau tidak dimiliki. Kapasitas yang dimaksud adalah kapasitas untuk belajar dan beradaptasi; kapasitas untuk menyelaraskan antara kebutuhan warga dan layanan publik; kapasitas untuk mengatur sistem produksi yang tangguh; dan kapasitas untuk mengelola data dan platform digital.

Merujuk ulasan Mazzucato, ketiadaan kapasitas tersebut terlihat dalam cara pemerintah menangani pandemi setidaknya saat gelombang pertama dan kedua muncul. Semiloka bertema “Penanganan Pandemi Covid-19, Respon dan Kontribusi Lembaga Swadaya Masyarakat” yang diselenggarakan oleh program CO-EVOLVE-Yayasan Penabulu dan Skala Indonesia memberi catatan lugas mengenai kapasitas dan kapabilitas pemerintah. Keterbatasan rumah sakit dan ketersediaan tenaga kesehatan, kelangkaan obat dan vitamin, strategi komunikasi yang kurang tepat, pelaksanaan jaring pengaman nasional yang bermasalah, pelaksanaan vaksinasi yang lamban dan tidak merata dan sederet persoalan lainnya. Ragam persoalan tersebut berpotensi pada semakin terpinggirkannya kelompok rentan serta munculnya konflik vertikal dan horisontal.

Sementara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bersama warga, dengan segala keterbatasan yang dimiliki berupaya untuk mengurangi persoalan-persoalan akibat lemahnya kapasitas pemerintah. Inisiatif “rakyat bantu rakyat”, “jogo tonggo”, membuat kebun komunitas, membantu percepatan vaksinasi di wilayah-wilayah terpencil, membangun kesadaran pentingnya vaksinasi, merupakan beberapa upaya yang dilakukan. Sayangnya insiatif-inisiatif tidak ditangkap dengan baik pemerintah. Kerja bersama antara pemerintah, LSM dan warga sangat terbatas.

Ke Depan

Situasi saat ini pandemi terus terkendali. Apresiasi kepada pemerintah yang mampu mengendalikan penyebaran virus. Namun tidak berarti kejadian beberapa bulan lalu dilupakan dan meninggalkan kewaspadaan. Status darurat bencana belum dicabut dan potensi munculnya gelombang ketiga pandemi masih ada.

Memperkuat kapasitas dan kapabilitas pemerintah dalam menghadapi bencana pandemi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Meningkatkan tata kelola kesehatan publik termasuk memastikan pemerataan distribusi tenaga kesehatan, memperbaiki sistem perlindungan sosial, memperkuat kualitas data, memastikan layanan-layanan dasar warga seperti air bersih, pendidikan dan kesehatan yang terjangkau serta berkualitas, menjadi bagian kerja-kerja yang harus segera diselesaikan. Tidak kalah penting tentu membuka ruang seluas-luasnya bagi kerja bersama dengan LSM dalam penanganan pandemi. Harapannya, pandemi Covid-19 akan dapat menjadi perubah permainan untuk Indonesia yang lebih baik.(HS)