Webinar Menggalanng Sumber Daya dan Kemitraan Untuk Membangun Desa

Webinar Menggalang Sumber Daya dan Kemitraan Untuk Membangun Desa

Kamis, 17 Juni 2021, CO-EVOLVE melaksanakan sebuah kegiatan Webinar bertajuk “Menggalang Sumber Daya dan Kemitraan Untuk Membangun Desa”. Webinar ini diikuti hingga 107 orang peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Webinar kali ini dilatarbelakangi oleh lahirnya UU Desa No.6 tahun 2014 yang memberikan kewenangan yang cukup besar bagi desa yang meliputi kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan desa dan pemberdayaan masyarakat berdasarkan hak asal usul dan istiadat desa. Dan untuk mendukung upaya pemberdayaan desa dan peningkatan perekonomian desa Pemerintah Desa dapat memanfaatkan berbagai sumber dana dan kerja sama.

CO-EVOLVE menyelenggarakan Webinar ini dengan tujuan dapat memberikan gambaran tentang peluang dan praktir skema filantropi dalam program pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan desa. Serta memberikan gambaran tentang peluang dan praktik pemanfaatan CSR dalam program pemberdayaan desa.

Pada Webinar ini hadir narasumber Hamid Abidin dari Perkumpulan Filantropi Indonesia dan Nurul Purnamasari yang merupakan Ketua Perkumpulan Desa Lestari. Hadir juga Sri Purwani dari Penabulu Yogyakarta sebagai moderator.

Webinar dibuka oleh Tino Yosepyn yang mewakili program CO-EVOLVE. Tino menyampaikan bahwa Webinar ini harus menjadi momentum bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk saling berkolaborasi dan berbagi pengalaman untuk pembangunan dan pemberdayaan desa.

Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan paparan dari Hamid Abidin yang menjelaskan mengenai Perkumpulan Filantropi Indonesia beserta visi, misi dan program-programnya. Hamid memaparkan bahwa Filantropi bertujuan untuk bersedekah, berbagi dan menyumbang untuk sesama. Hamid juga menyinggung Indonesia yang memiliki potensi dan realisasi filantropi yang besar dari fakta bahwa Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia.

Dari potensi ini, Filantropi Indonesia sendiri menyebut pembangunan desa adalah prioritas mereka. Alokasi dana untuk pembangunan desa ini cukup besar karena banyak disukai dan didukung mitra serta donator. Hamid menjelaskan bahwa pengemasan program pada pembangunan desa harus dibuat lebih menarik agar para donatur bisa tertarik. Perubahan pola pikir dari peminta sumbangan menjadi entrepreneur sangatlah penting.

Pada sesi berikutnya, Nurul Purnamasari dari Perkumpulan Desa Lestari (PDL) menceritakan PDL yang bercita-cita untuk membantu masyarakat di desa dapat menjadi masyarakat yang lestari. Itu sebabnya diperlukan tata kelola pemerintahan desa yang benar dan berfungsi sebagaimana mestinya. PDL beranggapan bahwa intervensi dan investasi sosial awal dilakukan melalui pendidikan dalam bentuk upaya peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat desa tentang tata kelola dan tata pemerintahan desa yang baik.

Berdasarkan pengalamanya, PDL menyimpulkan jika faktor pengalaman, kelengkapan legalitas, dan rekomendasi pihak lain merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi pertimbangan CSR dalam memilih mitra CSO. Nurul juga menutup pemaparannya dengan menceritakan mengenai program-program yang dijalankan oleh PDL, yakni implementasi program hibah, fasilitasi pelatihan, konsultasi, kontribusi anggota, dan rintisan bisnis sosial.

Selain diisi oleh paparan para narasumber, Webinar kali ini juga diisi dengan sesi tanya jawab. Salah diskusi yang menarik adalah ketika Valerius dari Bandung menanyakan pertimbangan PDL langsung menyalurkan bantuan ke masyarakat di desa sementara dalam UU ada arahan untuk menguatkan kapasitas pemerintah desa. Pertanyaan ini dijawab oleh Nurul dari PDL dengan lugas bahwa PDL melakukan assessment yang melibatkan pemerintah desa dalam pemetaan potensi desa.

Diskusi lainnya yang menarik adalah pertanyaan dari Askia Rustiani dari Inspirasi NTB. Askia menanyakan mengenai iuran tahunan sebesar 6jt yang tertera di website Filantropi Indonesia. Beliau juga bertanya apakah ada keanggotaan yang tanpa berbayar dan apa manfaatnya jika bergabung? Pertanyaan ini dijawab oleh Hamid Abidin dari Filantropi Indonesia, yang menjelaskan bahwa organisasinya hidup dari keanggotaan yang saling memberikan iuran. Khusus anggota bisa mengakses program-program khusus namun Filantropi Indonesia juga tetap membuka program yang gratis dan dapat diikut semua pihak. Salah satu contohnya adalah Philantropy Learning Center.

Setelah sesi tanya jawab yang menarik dan membuka diskusi baru, Webinar ditutup dengan kesimpulan bahwa kolaborasi antar Lembaga baik CSO dengan Lembaga lain dan juga pemerintahan desa bisa mempercepat pembangunan desa. Selain itu juga, peluang untuk mendapat pendanaan bagi program di desa sangatlah besar.

Untuk yang belum mengikuti webinar ini dan tertarik untuk menontonnya kembali bisa melalui video di bawah ini.